JABARCENNA.COM | Portal Berita Jabar Katanya

JabarCeNNa.com, Sukabumi -- Walikota Sukabumi H. Achmad Fahmi, hadiri peletakan batu pertama pembangunan gedung SMK Muhammadiyah, Jumat (6/9/2019), di Kp. Balongan Kelurahan Jayamekar Kecamatan Baros Kota Sukabumi.

Dalam pelaksanaan peletakan batu pertama pembangunan gedung sekolah tersebut di lakukan langsung oleh Walikota Sukabumi dan dihadiri Camat baros, Lurah Jayamekar, Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah, unsur Rektor, Kapolsek Baros dan para undangan lainnya.

Kegiatan tersebut dimeriahkan pula oleh anak-anak SMK Muhammadiyah dengan pertunjukan paduan suara SIMPONI 1 dan team marawis dari SMK Muhammadiyah.

Wakil Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah, Yosep firdaus yang juga ketua pelaksana kegiatan mengatakan, pembangunan ini dilaksanakan untuk rekapitulasi penambahan gedung SMK yang mana ini menjadi kampus ke dua SMK Muhammadiyah."ucapnya

Kebutuhan akan ruang kelas yang semakin dibutuhkan karena jumlah kapasitas siswa yang berada di R.Syamsudin itu sudah overload maka pembangunan kampus dua ini sebagai dasar akan kebutuhan sarana dan prasarana yang harus ada maka di bangun kembali kampus kedua ini untuk kualitas pendidikan siswa.

Luas bangunan yang akan di bangun itu kurang lebih 780 m2, terdiri dari 1 ruang praktek siswa dan 5 ruang teori dan didukung oleh ruang instruktur, ruang administratif dan pembangunan akses jalan lingkung sekolah."ungkapnya

Pihaknya berharap, dalam pengerjaan pembangunan sekolah tersebut bisa selesai dibulan Desember.

"Alhamdulillah kami dari pihak SMK Muhammadiyah menyambut baik, karena untuk lahan sendiri itu diberikan wakaf dari ibu Sumi wilujeng dan untuk pembangunan ini kami mendapat bantuan dana dari pemerintah yang bersumber dari dana APBN 2019".pungkasnya


.Suhendi

JabarCeNNa.com, Kuningan – Upaya meningkatkan kualitas keimanan tentu menjadi prioritas tokoh agama. Terlebih dalam momentum peringatan pergantian tahun Hijriyah 1440 ke 1441Hijriyah saat ini. 

“Penting perayaan dan peringatan pergantian Hijriyah, yaitu pindah yang berdampak pada perubahan,” ungkap Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kuningan, KH. Aam Aminnudin saat memberikan wejangan yang berlangsung di Desa Sagarahiang, Kecamatan Darma, tadi Malam (06/09/2019)

Tokoh agama pituin Cibingbin itu mengatakan, perubahan yang disebabkan hijriyah itu memiliki banyak harfiah dalam kehidupan. Hal itu terlepas baik buruk dalam kegiatan yang dilakukan seseorang atau yang lainnya. 

“Yang tadi-tadinya kurang bisa lebih, seperti rukun islam yang kita kerjakan dalam keseharian sepanjang hayat. Biasanya belang bentong, mari kita lengkapi ibadaha tersebut,” ujarnya.

Pantauan dilokasi, peringatan muharoman yang dilengkapi para tokoh agama. Kontan membuat padat tempat duduk yang tersedia panitia. “Semoga dalam kegiatan yang bernuasa islami seperti ini, mendapat keberkahan yang lebih baik,” ucapnya.

Apalagi kata dia, kegiatan ini menghadirkan qori juara internasional. Seperti Syamsuri Firdaus dari NTB. Tidak hanya itu, warga desa setempat juga yakni Arip Hidayat (34) juga pernah menjadi qori terbaik dan berhasil juara tingkat nasional pada tahun 2012. Disamping itu, ada Dafa Pratama (12), juga juara qori terbaik nasional dan Rizka Aulia (11) yang pernah menjadi Juara pendakwah cilik. Dirinya merupakan warga RT 10 RW 11 Dusun Wage, ini pernah mewakili Kabupaten kuningan dan Provinsi Jawa Barat. “Alhamdulillah, meskipun kita punya qori dan pendakwah terbaik. Hal itu tentu menjadi motivasi bagi regenerasi dan kita sebagai orang tua,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Anggota DPRD Kuningan 2019-2024 yakni Susanto yang di dampingi Kepala Desa setempaat, yakni Imam Budi Kartono mengatakan, dirinya sangat bangga terhadap bentuk kegiatan masyarakat. Terlebih dalam meningkatkan kualitas iman dalam menjalani kehidupan sehari-hari seperti saat ini. 

“Apapun bentuk kegiatan masyarakat, tentu kami menjadi prioritas kami dalam melakukan pengawalan. Apalagi kepercayaan dan amanah sebagai wakil rakyat, sudah sepatutunya demikian,” ucap Susanto yang juga Ketua Garda Bangsa Kab. Kuningan.

.Iwn

JabarCeNNa.com, Banjar-- Masyarakat sekitar RSUD Langensari keluhkan tentang tanggapan Dinas PUPR kota Banjar yang di anggap tidak ada kejelasan terkait bagaimana dampak negatif yang akan yang terjadi tentang pembangunan dan akses jalan yang akan ditutup, Rabu (4/9/2019)

H. Agus selaku tokoh masyarakat sekitar RSUD Langensari ini merasa kecewa dengan pihak terkait karena sampai saat ini tidak ada kejelasan terkait dampak yang akan di timbulkan dari tertutup nya akses jalan dan juga saluran pembuangan yang terkena imbas dari pembangunan RSUD ini.

"Saya merasa kecewa karena sampai saat ini tidak ada jawaban yang jelas terkait permasalahan besar ini dan tidak pernah ada pihak terkait memikirkan tentang dampak yang ditimbulkan dengan saluran pembuangan. "tandasnya

Ia juga menyoroti selama ini sosialisasi yang dilakukan oleh pihak terkait terkesan melecehkan masyarakat karena saat sosialisasi hanya Kabid Cipta karya saja yang hadir.

"Saya merasa dilecehkan oleh pihak terkait karena proyek sebesar ini saat sosialisasi hanya seorang (nama Kabid PU) yang hadir dan ia pun ketika ditanya terkait AMDAL terkait drainase tidak ada jawaban"tandasnya

Ia juga menyikapi kinerja Camat Asno yang terkesan tidak teguh pendirian dan juga tidak pro masyarakat karena sampai saat ini pun normalisasi terkait dampak negatif pembangunan RSUD ini tidak di tanggapi dan terkesan menina bobokan masyarakat," tambahnya

Bahkan saat kegiatan Audiensi Sosialisasi ke masyarakat terkait rencana pembangunan Trotoar sekaligus mencari komitmen antara pihak Dinas dan masyarakat pun terlihat masih belum ada sinkronisasi atau titik temu.

Pihak masyarakat sekitar terlihat masih enggan untuk mengikuti sosialisasi sekaligus hearing karena masih merasa kecewa karena tidak puas dengan hasil sosialisasi tersebut.

Kabid Ciptakarya Tantri Indrayanti saat ditemui usai kegiatan sosialisasi pihak nya akan terus mencoba mencari titik temu sehingga dari masyarakat tidak ada yang di rugikan.

"Barusan adalah kegiatan sosialisasi pembuatan drainase pusat kota muktisari dan pembuangan dan untuk pengerjaan 2 titik ok tapi untuk yang 1 titik ini di muktisari akan kami bicarakan lagi"ujarnya

"Dan jika tidak ada kesepahaman kita akan Amandemen toh dalam perundang-undangan masih bisa di perbolehkan "tandasnya

Ia juga menambahkan kondisi ini belum final dan ia juga berharap akan ada pemecahan yang terbaik dan win-win solution untuk persoalan ini.jelasnya 

"Dalam suatu pembangunan yang namanya masalah pasti ada saja tinggal bagaimana solusi terbaik untuk kita laksanakan toh bapa-bapa sendiri tau ini demi kepentingan masyarakat sebenarnya".pungkasnya.

.Tema

JabarCeNNa.com, Kuningan – Desa Windujanten Kecamatan Kadugede Kabupaten Kuningan nyatanya menyimpan potensi wisata nan Eksotis dan Unik. 

Potensi wisata tersebut adalah Kegiatan Wisata Air yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di Desa Windujanten.

Martin, salah seorang tokoh wisata desa setempat mengatakan, Daerah Aliran Sungai di wilayah sini arus airnya lumayan cukup deras meskipun di musim kemarau seperti ini."ucap Martin, Rabu (4/9/2019) saat ditemui di lokasi wisata.

Dengan melihat potensi wisata yang ada, warga dan para penggerak wisata dengan berbekal kekompakan dan kemandirian akhirnya membuka wisata air yang dinamakan 'Papalidan'

Papalidan asal kata dari palid ini merupakan bahasa sunda yakni memiliki arti dalam bahasa Indonesia itu hanyut.

Meski belum sempurna dalam perlengkapan wisata peraiaran ini, namun hal itu tidak menyurutkan semangat para penggeraka wisata warga setempat. Pasalnya, dengan berbegal kekompakan dan kemandirian, objek wisata perairan ini sudah mendatangakan sejumlah pengunjung. 

“Kalau untuk pengunjung, sudah banyak yang datang. Seperti dari Tanggerang, Subang dan daerah tetangga lainnya,” ungkapnya

Media atau alat yang dipakai untuk wisata papalidan ini adalah pelampung dimana pelampung yang ada itu dari ban dalam mobil bekas yang berukuran besar yang kita manfaatkan untuk menunjang wisata air ini "kata Martin

Untuk Rute dan jaraknya, menurut pihaknya sudah ditentukan oleh pengelola

"Untuk rute, itu hanya berjarak sekitar 500 meter dari garis awal hingga finis. Kemudian, untuk perlengkapan petugas dan keamanan itu jelas dilayani maksimal,” ungkapnya.

Sebagai harapan, pihaknya meminta perhatian dari Pemerintah Daerah sebagaimana para penggiat wisata di desa seperti ini untuk bisa lebih di kembangkan lagi dalam sektor wisata, mengingat Kuningan itu sudah mashur dengan sebutan kota wisata. 

“Pengennya, pemerintah itu merhatiakan kami ini. Tujuannya, agara usaha wisata alam yang kami kelola, bisa berkembang dan memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar,” jelasnya.

.Iwn
Diberdayakan oleh Blogger.