JABARCENNA.COM | Portal Berita Jabar Katanya

JabarCeNNa.com, Sukabumi - Dua penambang emas di penambangan liar atau Pertambangan Tanpa Izin (Peti) di Cikadu, Desa Mekarjaya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Minggu, 10 Maret 2019.

Keduanya tewas diduga kuat karena menghirup gas beracun yang keluar dari lubang galian tambang.

Kedua korban tewas yakni Omat, 25, dan Hendar, 25, tewas di dalam lubang tambang sedalam 20 meter.

"Tadinya di dalam lubang ada tiga orang, namun yang satu berhasil selamat," tutur Didin warga di lokasi tambang.

Kedua korban diketahui adalah warga Kampung Cileter RT 06/01, Desa Tamanjaya, Kecamatan Ciemas.

"Kedua korban sudah diambil pihak keluarganya dan sudah dikebumikan, ujar Sertu Tugiyono, seorang anggita Koramil 2215/Ciemas.


.nur/tn

Oleh: Natalius Pigai

TULISAN ilmiah popular ini tidak bermaksud menyerang pribadi Joko Widodo, apalagi terkait atau dikaitkan dengan berita misteri” tentang ideologi politik orang tuanya di masa lalu. Tulisan ini justru membuka cakrawala berfikir dan landasan berfikir kebijkakan populisme Joko Widodo dikaitkan dengan ideologi politik sosialisme. Karena itu berharap ada diskursus.
   
Jokowi panik! Mungkin itulah kalimat yang tepat disematkan kepada Joko Widodo, Calon Presiden Nomor Urut 01. Rasa kepanikan terlihat dari adanya berbagai janji-janji yang bersifat populis dengan tujuan untuk meningkatkan elektoral. Meskipun pada akhirnya hanyalah janji utopia.

Salah satu janji baru Presiden RI Joko Widodo yang menimbulkan kontroversi adalah kartu prakerja untuk masyarakat yang sedang mencari pekerjaan. Sangat kontroversialnya pada janji Jokowi bahwa pemegang kartu tersebut akan menerima gaji selama belum mendapat pekerjaan sebagaimana diucapkan Joko Widodo  pekan lalu saat ngopi bareng milenial di Kopi Haji Anto 2 di Kendari, Sulawesi Tenggara, Jumat (1/3/2019).

Kalau belum dapat pekerjaan, kartu itu juga akan memberikan kayak honor, kayak gaji. Tapi jumlahnya berapa masih kita rahasiakan. Nanti,” kata Jokowi yang juga merupakan calon Presiden2019.

Kebijakan populis dengan orientasi memulung elektabilitas bukan hal baru. Presiden beraliran sosialis Hugo Chaves dan dilanjutkan oleh Nikolaus Moduro di Venezuela juga melakukan kebijakan-kebjikan populis menjelang pemilihan presiden.

Kebijakan pemerintah Chavez yang mematok harga kebutuhan pokok, tepung, minyak goreng, sampai keperluan mandi, demi meringankan beban penduduk miskin. Pembangunan infrastruktur dengan menghabiskan sebagian besar anggaran negara.

Dampaknya negara Venezuela terjungkal bebas dalam jurang krisis, reseki ekonomi dan krisis politik. Karena itu tawaran-tawaran program populis lebih cenderung disebabkan karena pemimpin cenderung ambisius dan kehilangan kepercayaan publik.
Akibatnya hampir 2 juta jiwa mengungsi mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain seperti Kolombia, Ekuador dan Peru. Mata uang Bolivar tidak lagi berharga setelah US$ 1 setara dengan 248 ribu bolivar. Kejatuhannya telah memicu inflasi yang dapat menyentuh sejuta persen pada akhir 2018. Harga 1 kg daging setara dengan 9,5 juta bolivar dan sebungkus tisu toilet harus dibayar 2,6 juta bolivar. Venezuela terancam negara gagal.

Itulah akibat praktik sistem politik sosialisme yang salah oleh Hugo Chaves dan Nikolaus Moduro, telah mengakibatkan anggaran negara dalam keadaan tidak sehat karena pendapatan nasional hanya mengandalkan dari sumber utama minyak. Tahun 2014 Venezuela sudah terancam bangkrut karena tidak mampu memenuhi semua kebutuhan ketika harga minyak jatuh di pasaran.

Apa yang dipertontonkan oleh Joko Widodo adalah cenderung mengambil kebijakan tanpa konsepsi akademik dan melihat landasan konstitusi khususnya pasal 33 UUD 1945. Jokowi sebagai petahana seharusnya yakinkan rakyat Indonesia terkait implementasi janji-janji yang pernah diucapkan 2014, tidak semestinya mengambil kebijakan inkonsitusional, ketika melihat arus migrasi suara dari Joko Widodo ke Prabowo secara masif.

Barangkali Joko Widodo tidak boleh hanya mendengarkan masukan dari para anggota Kabinet tanpa nalar. Pembantu Joko Widodo lebih cendrung bekerja mengikuti logika ketersediaan anggaran (planning flow money), tetapi logika konstitusi (policy flow contitution) meraka abaikan. Harus diukur, apakah kebijakan populis sejalan dengan konstitusi dan sistem politik yang dianut oleh negara Indonesia.

Dengan demikian, wajar jika saya katakan meskipun Indonesia bukan negara sosialis tetapi kenyataannya pemerintah ini lebih cenderung mempraktekan sistem sosialisme melalui kebijakan dan program.

Dalam konteks ini ada benarnya ketika kebijkan populisme Joko Widodo rakyat terbawah dalam alam pikir dan nafsu  materialistis diukur dengan nilai uang, barang dan fisik, bahkan berwicara juga tentang materi, uang dan barang serta berlogika linier tentang materi, uang dan barang sehingga wajar jika kebijakan ini dapat diteropong melalui teori Hegel tentang materialisme, dialektika dan logika.

Joko Widodo jangan keliru bahwa apa yang ditegaskan dalam pasal 33 UUD 1945 menyatakan Negara Menguasai artinya negara menguasai dalam konteks otoritas regulasi dan kebijakan”.

Bukan membuat program populisme yaitu negara mengambil sumber daya dan dibagikan kepada rakyat sebagaimana dipraktekan dalam berbagai kartu: Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Prakerja dengan bagi-bagi uang kepada para penganggur, Kartu Belanja, dll.

Filosofi pasal 33 UUD 1945 adalah Otoritas Negara untuk mengatur pola hubungan hukum antara Manusia dan Air, Manusia dan Udara serta Manusia dan Tanah. Itulah inti dari jiwa pasal 33, bukan sebagaimana membagi-bagi sumber daya Negara untuk meninabobokan rakyat ibarat bayi dalam buain”.

Rakyat Indonesia akan terbuai dalam ketidakmpuan sehingga wajar jika kompentensi sumber daya manusia Indonesia akan makin terpuruk di level dunia. Setiap orang akan berpendidikan asal-asalan menyebabkan kompetensi pengetahuan (knowledge), kompetesi ketrampailan (skills) dan kompetensi mental dan moral (attitude) akan terdegradasi ke titik terendah. Kita akan menyaksikan ketika indeks persaingan global (global competiveness index) terendah di antara negara-negara lain. 

Para punggawa kuasa tentu harus menyadari bahwa tidak ada praktek sosialisme yang sukses di dunia ini tanpa fundamental ekonomi kuat termasuk memperkuat basis perekomian melalui produktifitas domestik baik sektor migas dan nonmigras, sektor jasa, industri dan agrikultur.

Kesalahan fatal Venezuela adalah 95 persen pendapatan negara hanya mengandalkan ekspor minyak, sedangkan sumber lain diabaikan. Indonesia juga sedang mengalami nasib yang sama seperti Venezuela ketika Joko widodo tidak mampu meningkatkan eksport non migas. Berbagai kegagalan Joko Widodo terkait janji menghentikan import menunjukkan ketidakmampuannya membawa Indonesia yang berdikari, mandiri dan berdaulat.

Kebijakan populisme bernafas sosialisme tidak mampu menghadapi arus kapitalisme dan liberalisme dibawah payung punggawa ekonomi dan politik dunia (WTO, IMF, WB bahkan PBB). Praktek sosialisme Ujama di Tanzania baik Tanganyika dan Zanzibar dibawah kepemimpinan Julius Nyerere seorang profesor pertaniaan dengan menggerakan nasionalisme petani di desa (ujama) dan pernah dikuti oleh pemerintah Suharto melalui transmigrasi dan PIR juga gagal, serta China dibawah pimpinan Mao Zedong akirnya juga menyebabkan rakyat Tiongkok menderita, mencari hidup dan makan di negara tetangga di tahun 1960-an.

Itulah kegagalan praktek sosialisme yang sudah tidak kompetitif dan terkubur di abad ke 20. Sistem sosialisme telah membuat orang menjadi bodoh dan pemalas, apalagi ditengah arus liberilasi, globalisasi dan kompetisi dalam dunia tanpa batas (borderless nations) jika menyitir Kenichi Ohmae.

Pertanyaannya adalah mengapa Joko Widodo begitu gampang mengumbar janji meskipun menyadari bahwa janji itu hanya sebuah cita-cita utopia perubahan?

Sebagaimana 66 Janji Joko Widodo Presiden RI 2014-2019 yang pernah dengan mudah diucapkan, enak didengar, namun sulit diwujudkan. Seharusnya dalam masa kampanye ini Joko Widodo mesti meyakinkan kepada rakyat Indonesia seberapa jauh implementasi kinerja dan prestasi atas 66 janji tersebut.

Joko Widodo  malah menawarkan janji-janji baru yang bersifat populis bernafas sosialis yang utopis dan membawa Indonesia diambang kebangkrutan. ***

Penulis adalah kritikus dan aktivis kemanusiaan.

JabarCeNNa.com, Bandung - Para Aparatur Sipil Negara (ASN) Dinas Perhubungan (Dishub) Kota akan memelopori penerapan sistim Car Pooling (CP) guna mengurangi kemacetan di Kota Bandung.

CP, adalah sistim angkutan bersama, sehingga dapat menekan angka kendaraan yang melintas di jalan. Para penumpang akan dijemput dari titik-titik keberangkatan (pick up point) tertentu yang telah ditentukan sebelumnya.

Rencananya, CP ini akan dimulai besok yakni pada Senin, 11 Maret 2019, dan para ASN Di Dishub Kota Bandung wajib melaksanakan kebijakan ini.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung, Didi Ruswandi, yang mengeluarkan kebijakan tersebut mengatakan, sistim CP ini masih uji coba.

"Untuk sementara telah ditentukan 15 titik keberangkatan, dan bekerjasama dengam Grab," ungkap Didi pada saat on air di PRFM, Sabtu, 9 Maret 2019.

Didi mengatakan, program angkutan bersama ini diharapkan dapat mengurangi kemacetan, menekan angka polusi udara.

"Ini adalah upaya kita untuk mengurangi kemacetan, juga untuk menekan tingkat polusi. Selain itu juga, tentunya untuk meningkatkan interaksi antar sesama ASN," tandas Didi.

Didi optimis, sistim car pooling merupakan salah satu cara untuk mewujudkan transportasi berkelanjutan. Selain itu, dengan sistem angkutan bersama ini dapat menyelesaikan masalah transportasi

"Untuk sementara, Senin besok, yang jalan itu nantinya baru dari Dinas Perhubungan dulu," ujar Didi.

Secara teknis, terang Didi, setiap harinya akan disediakan 15 mobil yang ditempatkan di 15 titik keberangkatan yang telah ditentukan sebelumnya oleh para ASN Dishub. Dan bekerjasama dengan taksi online, Grab.

"Dibagi berdasarkan tempat tinggal para ASN. Nanti ngumpul disitu baru berangkat bersama," kata Didi.

Didi mempersilahkan bagi siapapun yang ingin memaksimalkan dan mensukseskan program angkutan bersama ini. 

"Ya, tidak harus dengan Grab. Dengan angkutan lain juga boleh, ataupun mobil pribasi secara bergantian, silahkan. Itu soal teknis," tegasnya.

"Yang paling penting, angkutan transportasi di kota Bandung dapat berfungsi secara maksimal," pungkasnya.


.asbud/tn

JabarCeNNa.com, Soreang - Jalur Kereta Api (KA) Bandung - Ciwidey rencanya akan direaktivasi untuk melancarkan arus barang dan manusia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Rencana reaktivasi jalur KA tersebut disampaikan Sekda Kabupaten Bandung, Teddy Kusdiana, disela-sela kegiatan Fun Walk di Lapangan Upakarti Soreang, Minggu, 10 Maret 2019.

"Kita sangat mendukung rencana mengaktifkan kembali jalur KA Bandung - Ciwidey. Karena hal itu akan berdampak bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat Kabupaten Bandung, terutama masyarakat Ciwidey dan Rancabali," kata Teddy.

Sebenarnya dari Kota Bandung menuju Soreang dan Ciwidey telah ada jalan tol yakni Tol Soreang-Pasirkoja (Soroja). Dengan tol tersrbut, para wisatawan dari Kota Bandung dapat secara cepat mengakses Soreang,  Ibukota Kabupaten Bandung.

Namun arus lalu lintas dari Soreang menuju tempat wisata di daerah Ciwidey dan sekitarnya, kerap mengalami kemacetan, terutama pada akhir pekan dan hari libur.

"Dengan reaktivasi jalur tersebut, maka transportasi dapat menjadi lebih lancar," imbuh Teddy.

Teddy selanjutnya mengatakan, pihaknya saat ini melakukan sosialisasi rencana reaktivasi jalur KA Bandung-Ciwidey.

"Sesuai arahan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, disamping melakukan sosialisasi, kita juga melakukan pemetaan, masalah-masalah apa saja yang ada dan akan timbul dari rencana reaktivasi tersebut," ujar Teddy.

"Tentunya nanti akan ada pro dan kontra di tengah masyarakat, terutama warga yang pemukimannya berdiri di atas jalur rel tersebut," lanjutnya.

Teddy mengatakan, Pemkab Bandung akan terus menyosialisasikan dan memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya jalur ini. 

"Kelancaran pembangunan di bidang apapun, butuh dukungan semua pihak,” tandasnya.

Acara Fun Walk, digelar PT. Kereta Api Indonesia (KAI) Indonesia dalam rangka HUT Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ke-21. Acara dibuka Menteri BUMN RI Rini M. Soemarno.



.asbud/tn
Diberdayakan oleh Blogger.