JABARCENNA.COM | Portal Berita Jabar Katanya


JabarCeNNa.com,- Pasca terjadinya gempa dan tsunami ratusan tahanan di rumah tahanan (rutan) Klas II B, Donggala, mengamuk dan membakar Rutan ketika tuntutan mereka untuk bertemu keluarga tidak dipenuhi petugas, Sabtu, 30 September 2018.

"Ricuh dipicu keinginan warga binaan dibebaskan untuk bertemu dengan keluarganya. Ada 100 narapidana dan tahanan diperkirakan kabur," ujar Kepala Rutan kelas IIB Donggala Saifuddin kepada awak media di lokasi kejadian, Sabtu (29/9) malam.

Kericuhan dan pembakaran terjadi sekitar pukul 23.00 WITA. Jumlah napi dan tahanan yang kabur diperkirakan mencapai 100 orang.

Ruang utama depan Rutan ludes terbakar, demikian juga bagian dalam, sehingga bangunan Rutan tidak bisa lagi menampung napi dan tahanan yang tersisa. Sedangkan jumlah tahanan mencapai 346 orang.

Bangunan Rutan ludes terbakar karena terbatasnya mobil pemadam kebakaran. Apalagi situasi Donggala kala itu habis dihantam gempa dan tsunami. Listrik pun sedang padam.

Namun situasi sudah terkendali, kata Kepala Rutan Saifuddin, satuan Brimob dari Polda Sulteng telah ditempatkan di Rutan.

Saifuddin mengatakan, para napi dan tahanan tersebut nekat kabur  pulang karena ingin mengetahui nasib keluarga mereka pasca-gempa dan tsunami di Donggala dan Palu. 

Hal yang sama juga terjadi di Lapas Kelas II A, sekitar 300 napi juga kabur dengan cara merubuhkan tembok Lapas, Sabtu (30/9).


.tn


JabarCeNNa.com, Kuningan - Ratusan penghuni  Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Palu melarikan diri setelah tembok penjara yang mengurung mereka roboh akibat guncangan gempa Donggala yang terjadi pada Jumat petang, 28 September 2018. 

Petugas Lapas yang juga panik karena terjadinya gempa, tak berdaya menahan warga binaan yang  kabur.

Apalagi jumlah yang kabur junlahnya ratusan orang, sedangkan jumlah petugas hanya segelintir.

Kepala Lapas Palu, Adhi Yan Ricoh mengatakan, jumlah narapidana di Lapas yang dipimpinya itu ada 560 orang.

"Lebih dari separuhnya kabur begitu tembok penjara roboh. Petugas, tidak bisa mencegah mereka kabur karena kondisi gelap, akibat listrik yang padam akibat gempa," kata Adhi kepada Antara, Sabtu, 29 September 2018.

"Apalagi para petugas juga panik dan berusaha menyelamatkan diri," ujar kata Adhi.

Pencarian dan pengejaran juga tidak mungkin dilakukan, karena petugas Lapas juga ikut dalam upaya evakuasi korban tsunami di Kota Palu. 

"Situaisinya tidak memungkinan (melakukan pengejaran), kita juga terlibat dala evakuasi korban gempa," terang Adhi.


.tn


JabarCeNNa.com, Kuningan - Korban gempa Donggala yang disusul tsunami di Palu telah mencapai angka 384 orang meninggal dunia, dan korban luka-luka mencapai 520 orang.

Data terbaru ini disampaikan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Sabtu, 29 September 2018, pukul 13.00 WIB.

"Total meninggal 384 orang. Ini baru di Palu saja, yang di Donggala belum dapat data," terang Sutopo.

Sutopo mengatakan banyak mayat ditemukan di pesisir pantai teluk Palu yang tersapu tsunami. Dan angka korban masih akan bertambah.

Sutopo menyebut, ketinggian air ada yang sampai setinggi 6 meter. Karena ada korban yang sempat menyelamatkan diri dengan memanjat pohon kelapa hingga setinggi 6 meter, tetapi dirinya masih tersentuh air .

Sutopo mengatakan, tim SAR masih terus melakukan pencarian para korban.

"Proses evakuasi terus dilakukan, identifikasi dilakukan," ujarnya.

"Diperkirakan jumlah korban masih akan bertambah. Karena korban di Donggala belum terdata," imbuhnya.

Gempa berkekuatan 7,4 SR yang titik gempanya  berada di Donggala, telah memicu tsunami di teluk Palu, pada Jumat (28/9).

Mayat korban banyak berserakan di pesisir pantai teluk Palu, salah satunya di Pantai Talise.

Berikut ini data sementara korban meninggal dunia akibat gempa dan tsunami di Palu:

RS Wirabuana Palu: 10 orang
RS Masjid Raya: 50 orang
RS Bhayangkara: 161 orang
RS Pantoloan Induk: 20 orang
RS Kayumalue Pajeko: 2 orang
RS Undata Mamboro Palu: 141 orang
Jumlah: 384 orang


.tn


JabarCeNNa.com, Jakarta - Jumlah korban gempa Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah, yang disusul tsunami untuk sementara, 48 orang meninggal dunia, 356 luka-luka, dan ribuan bangunan ambruk dan rusak parah.

Jumlah korban meninggal terbanyak di RS Undata Palu yakni sebanyak 30 orang. Korban meninggal lainya tersebar di beberapa rumah sakit.

"Ini data sementara terhitung Sabtu 29 September 2018, pukul 10.00 WIB, dan masih akan berubah," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan persnya di kantor BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Sabtu, 29 September 2018.

Korban meninggal dunia, kata Sutopo, paling banyak disebabkan gempa. Untuk korban akibat tsunami saat ini masih dalam pendataan.

Data kerusakan bangunan juga belum terdata seluruhnya, tetapi ribuan bangunan dinyatakan ambruk dan rusak berat akibat gempa.

Diantara bangunan yang roboh, diantaranya adalah Jembatan Kuning yang menjadi ikon kota Palu. 

Lalu, Pusat perbelanjaan atau mal terbesar di kota Palu, Mal Tatura Jala Emy Saelan ambruk.
Hotel Roa Roa lantai 8 di Kota Palu ambruk dan rata dengan tanah.
Hotel Roa-Roa berlantai 8 di Jalan Pattimura rata dengan tanah. Dikabarkan, ketika gempa terjadi,  76 kamar dari 80 kamar hotel tersebut,  terisi oleh tamu.

Kemudian Arena Festival Pesona Palu Nomoni yang terdapat puluhan hingga ratusan orang pengisi acara. 

Rumah Sakit Anutapura yang berlantai empat di Jalan Kangkung, Palu roboh

Bandara Ditutup

Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu ditutup karena mengalami kerusakan tidak saja pada sistem navigasinya tetapi juga landasan pacunya (run away). 

Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, penutupan bandara ini didasarkan Notam (Notice to Airmen) Nomor H0737/18.

"Bandar Udara Mutiara Sis Al Jufri, Palu, ditutup dari 28 September 2018 pukul 19.26 WITA sampai dengan estimasi 29 September 2018 pukul 19.20 WITA karena terdampak Gempa Bumi," ucapnya, melalui akun Twitter-nya, Jumat (28/9)


.tn
Diberdayakan oleh Blogger.