KUNINGAN | JABARCENNA.COM - Kurikulum Merdeka mulai diterapkan di berbagai sekolah sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini dirancang untuk memberikan fleksibilitas kepada guru, memperkuat pendidikan karakter, dan mengembangkan potensi siswa secara maksimal. Berikut adalah tanggapan guru terhadap implementasi Kurikulum Merdeka berdasarkan pengamatan dan wawancara. Kegiatan ini melibatkan mahasiswa Pendidikan Matematika semester 5 Universitas Muhammadiyah Kuningan, dengan hasil temuan sebagai berikut.
Penerapan Kurikulum Merdeka di Kabupaten Kuningan dilakukan bertahap. Saat ini, kelas 7 dan 8 sudah menerapkannya, sementara kelas 9 masih menggunakan Kurikulum 2013 agar siswa dapat menyelesaikan pembelajaran dengan konsisten sejak awal. Proses transisi ini dirancang untuk meminimalkan gangguan dalam pembelajaran.
Meski baru berjalan sekitar satu semester, penerapan Kurikulum Merdeka di kelas 7 sudah menunjukkan perkembangan positif. Kurikulum ini dirancang untuk memperkuat pendidikan karakter melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yang mendorong kreativitas, kerja sama, dan kemampuan memecahkan masalah.
Sebagian besar tanggapan terhadap Kurikulum Merdeka sangat positif. Guru memiliki kebebasan menentukan materi ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan konteks lokal. Namun, pelaksanaannya masih menghadapi beberapa tantangan, seperti kebutuhan pelatihan tambahan untuk guru, adaptasi terhadap teknologi baru, dan dukungan orang tua yang belum merata.
Tantangan lain meliputi keterbatasan fasilitas, waktu pelatihan yang singkat, dan perlunya meningkatkan pemahaman guru terhadap kurikulum. Guru yang lebih senior sering menghadapi kesulitan dalam menggunakan teknologi dan metode pembelajaran baru. Selain itu, perubahan pola pikir menjadi tantangan dalam transisi ke kurikulum ini.
Untuk mengatasi hal ini, sekolah-sekolah di Kabupaten Kuningan telah mengambil berbagai langkah. Mereka menyediakan pelatihan intensif untuk guru, menyesuaikan materi ajar dengan kondisi lokal, dan memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran. Kolaborasi dengan pondok pesantren juga dilakukan agar kurikulum sekolah dan pesantren selaras. Selain itu, evaluasi rutin dilakukan untuk memastikan kurikulum berjalan sesuai tujuan.
Hingga kini, sekitar 90% implementasi Kurikulum Merdeka telah berjalan baik. Guru dan siswa sudah mulai memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar (PMM) untuk mendukung pembelajaran. Namun, masih ada ruang untuk perbaikan, seperti peningkatan pelatihan dan fasilitas.