Karang hirup ninggalkeun pasti
Tapak lengkah nyatana bukti
Diais kurasana asih ditungtun kurasana deudeuh
Panggih nyata mandala hirup
Jati diri ngangkat nagari
JABARCENNA.COM | KUNINGAN,- Entah itu, pantun atau guguritan yang keluar dari mulut mang Aja (56) salah seorang penggiat lingkungan yang sekarang bermukin di Kampung CIsalak Desa CIpedes Kec. Ciniru. Tapi syair itu telah mendorong dirinya “ancrub” lebih dalam terhadap lingkungan yang ada di kampung tersebut dan jadi insfirasi bagi dirinya sekaligus masyarakat setempat dalam mengelola lingkungan.
Direktur Utama Bank Kuningan, H. Dodo Warda, SE., yang didampingi Direktur Bank Kuningan Deni Heryana, S.Sos menyempatkan diri beserta jajarannya untuk berdialog dengan warga setempat. Menggali potensi atas sikap masyarakatnya yang berjuang melestarikan lingkungan dan pemberdayaan ekonomi kaum ibu-ibu. Tak kalah pentingnya melahirkan pengelolaan Bank Sampah secara baik.
Bank Sampah dikelola masyarakat dengan cara dipilah dari rumah tangga. Hasilnya kemudian dijual ke pengepul sampah dan uangnya di tabung di Bank Kuningan. Selama satu bulan, memeroleh penjualan sampah warga sebesar 1,3 juta rupiah. Jumlah rupiah tidak terlalu besar dilihat dari jumlah warga yang menabung sebanyak 60 orang.
Justru menariknya, Cisalak menjadi impor sampah dari warga luar kampung untuk mengelola sampah lebih baik lagi. Walhasil, warga dari beberapa dusun diundang untuk mengikuti sosialisasi pengelolaan sampah secara baik dengan jargon pilah sampah jadi rupiah. Merupakan salah satu upaya masyarakat sekitar minimal menjaga lingkungan tempat tinggalnya bersih.
“Tabungan sampah ini, ada manfaat lain yang akan diterima yakni akan diikutsertakan dalam program umroh jika tabungannya sudah memadai. Juga akan disertakan dalam undian setiap tahun dengan hadiah utama yakni mobil. Jika mendapatkan mobil, maka bisa untuk komunitas Bank Sampah guna meningkatkan operasional,” ungkapnya dalam acara sosialisasi pengurangan sampah di Balai Desa Cipedes Kec. Ciniru.
Sikap antusias masyarakat menyambutnya dengan tepuk tangan bergemuruh. Wajah sumringah para penggiat sampah pun terpancar. Hal ini menunjukan sikap peduli Bank Kuningan dan mendukung upaya masyarakat terhadap pengelolaan pilah sampah jadi rupiah seperti pelepas dahaga di padang pasir menemukan setetes air.
Seusai acara sosialisasi, Direktur Utama H. Dodo Warda pun didaulat untuk mengunjungi Kampung Cisalak. Di sana, ia disajikan kreatifitas ibu-ibu warga setempat dalam mengolah penganan berbahan tepung beras. Ada baginang, kembang goyang dibuat secara berkelompok. Mulai menumbuk beras jadi tepung dan mengolahnya menjadi pengananan siap saji.
“Saya tertarik dengan kreatifitas ibu-ibu di sini dalam menciptakan penganan yang mungkin di kemudian hari menjadi souvenir atau makanan khas bagi pelancong ke sungai purba. Ini bisa berkembang menjadi industri rumah tangga (IRT) apabila mendapatkan pelatihan dan manajemen yang baik. Harus ada waktu khusus dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas dan pemasaran produk,” ungkapnya.
Selain itu, ketertarikannya yakni masyarakat secara lapang dada mengisi waktunya dengan bercocok tanam dalam polibeg. Memanfaatkan keterbatasan lahan pekarangan dan berani melabrak pakem bertani harus di sawah ladang. Menanam sayuran, tomat, cabe untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
“Masyarakat seperti ini, harus dibimbing dan diarahkan supaya lebih maju. Seperti Bank Kuningan memiliki pepatah, tumbuh dan berkembang bersama. Filosofis ini bisa diterapkan di sini, dan memang saya tertarik untuk melakukan pembinaan berkelanjutan sesuai kemampuan Bank Kuningan,” ungkapnya.
Lanjutnya, kita harus diskusi lebih banyak dengan pelbagai pihak. Jika Bank Kuningan merasa tertarik untuk membina desa. Misalnya Desa Cipedes ini dijadikan desa binaan Bank Kuningan, apakah ini dimungkinkan, baik secara political will maupun regulasi yang ada? Jika memungkinkan maka Bank Kuningan akan maju, jika tidak memungkinkan mungkin, tut wuri handayani saja.
“Ketika ada informasi terdapat sungai purba di Kampung Cisalak Desa Cipides Kec. Ciniru. Pihak Bank Kuningan menerjunkan tim Arief Komara Cs ke sana. Awalnya sebetulnya bukan tentang sungai purba tapi sosialisasi persampahan. Karena objek wisata apapun bentuknya harus terbebas dari sampah domestik,” paparnya.
Dipertengahan jalan, baru didapat informasi sungai purba di sungai Cisetra. “Sayang kalau tidak terawat apalagi hanya dijadikan tempat pembuangan sampah. Tim melaksanakan kerja sama dengan DInas LIngkungan Kab. Kuningan. Supaya memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai yang memiliki nilai luhur. Baik dari aspek geologi maupun riwayat bebatuannya. Mungkin terlalu dini jika disebutkan geo park,” ucapnya.
Namun untuk mengetahui itu sungai purba atau situs geologi purba. Tentunya kita harus menggunakan konsep pentahelix. Artinya konsep penthahelix adalah konsep yang harus dibangun untuk mewujudkan keinginan itu.
Konsep dasar pentahelix, adanya sinergitas antara masyarakat, Komunitas Penggiat Lingkungan, birokrasi, dunia akademisi dan jurnalistik bahkan dunia usaha. Komponen ini dielaborasi untuk saling melengkapi. Mungkin akademisi atau para peneliti belom dimiliki begitu pula media massa. Ini harus dibangun.
“Melalui konsep pentahelix, Bank Kuningan berusaha masuk kedalamnya. Jika tidak menggunakan konsep itu, tentu Bank Kuningan kesulitan. Sebab bukan bagian dari konsep geologi kepurbaan. Mungkin itu urusan Balai Arkeologi Nasional atau pihak kearkeologian untuk melakukan penelitian lebih mendalam.
Tim Bank Kuningan yang dipimpin Arief Komara, tutur H. Dodo Warda, menceritakan kepadanya dirinya, hasil penelusuran lapangan tentang Sungai Purba. Dalam jihad lingkungan ada beberepa hal yang menjadi fokus perhatiannya. Seperti manusia, hewan, tumbuhan dan geografi sebab keempat faktor itu saling melengkapi. Topografi di Dusun Cisalak Desa Cipedes sangat unik. Ada panorama cacing purba yang melekat di batu. Ada batu nozel, yakni batu lama dilapisi batu baru
“Batuan yang berlapis melegkung membentuk bukit dan terhampar dalam satu punggungan. Saya menduga, bahwa batuan itu seperti batu patahan. Dalam ilmu geologi, jenis batuan patahan itu diakibatkan adanya dua lempeng besar patahan yang saling mendorong sehingga mengangkat dari dalam bumi.” Terangnya.
Patahan ini tidak jauh berbeda dengan Patahan Lembang, hanya di Cipedes termasuk masih aktif atau tidak. Tapi kalau merunut peristiwa gempa yang berlangsung setiap tahun. Patahan ini masih aktif. “Ini yang saya sebutkan harus menggunakan konsep Pentahelix supaya semuanya terbuka kalau ada aspek akademisnya. (Dedi J )