|
Kepala Desa Maniskdul Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan, Maman Sadiman, Foto (Ist). |
JABARCENNA.COM | KUNINGAN - Belum lama ini Kabupaten Kuningan dikabarkan menjadi Kabupaten termiskin se-Jawa Barat.
Hal tersebut ramai diperbincangkan setelah munculnya pernyataan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dalam menyampaikan lonjakan kemiskinan.
Dikatakan Ridwan Kamil, Kabupaten Kuningan masuk dalam peringkat miskin pertama di Jabar. Ucapnya waktu lalu
Adanya penambahan tingkatan kemiskinan yang dialami oleh masyarakat Kabupaten Kuningan nyatanya membuat Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan mengambil langkah strategis dalam pengentasan kemiskinan.
Berbagai langkah dan strategi yang menjadi sasaran skala prioritas pun di munculkan.
Namun, berbicara tentang pengentasan kemiskinan adalah bagaimana upaya ataupun tindakan dalam memperbaiki ekonomi maupun kemanusiaan untuk mengangkat orang keluar dari kemiskinan secara permanen.
"Pemulihan ekonomi menjadi sasaran yang harus diupayakan, dan upaya tersebut berada di level paling bawah seperti halnya Pemerintahan Desa harus bisa membangun masyarakat menjadi jauh dari kata miskin" ucap Kepala Desa Maniskdul Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan, M Sadiman saat ditemui
Jabarcenna di ruang kerjanya, Kamis (18/2/2021).
Dirinya menggambarkan beberapa hal yang telah dilakukan dalam menjalankan program di wilayahnya dan jauh sebelum pandemi Covid-19 ada dan sebelum munculnya Kuningan termiskin, pihaknya telah melakukan berbagai program kesejahteraan masyarakat.
"Saya sudah melakukan berbagai terobosan program. Dan program-program tersebut bisa dirasakan berhasil dan mempunyai dampak yang baik bagi masyarakat, berbagai prestasi pun kita raih namun apalah sebuah prestasi atau penghargaan kalau kita tidak bisa memberikan yang terbaik bagi masyarakat" ujarnya
Untuk pengentasan kemiskinan di wilayah kita sendiri, Pemdes Maniskidul memprioritaskan skala prioritas dengan cara pemulihan ekonomi masyarakat, dan hal yang telah dilakukan sebelum datangnya pandemi covid-19 kita telah melakukan program yang sejalan dengan Pemerintah Daerah seperti halnya Stunting, Penanganan Sampah, dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat baik kepada 24 Imam Mushola, Para Guru Ngaji, Para Petugas Kifayah, Kader, RT/RW, Lembaga, dan insentif BPD, LPM, Karang Taruna, serta Kompepar.
Belum lagi jaminan-jaminan lainnya kami perhatikan juga bagi masyarakat yang butuh jaminan kesehatan sehingga kita fasilitasi dengan BPJS Miskin, dan BPJS Tenaga Kerja Lembaga, dimana memasukan mereka personal-personal yang terlibat di kelembagaan dan kami jaminkan klaim BPJS Tenaga Kerja yang di bayar dari APBDes. Ungkap M Sadiman
"Alhamdulillah saya dengan perangkat, BPD, LPM, dan lainnya selalu kondusif, dan hubungan organisasi dan lembaga itu selalu adanya transparansi" ucapnya
PADes Maniskidul sendiri mencapai 2,4 Milyar yang terdiri dari: Cibulan, dan pendapatan lainnya, seperti PDAM, Pendapatan air lainnya, Java water, Cibulan Intertainmen, kemudian dari pedagang yang berada di Alun-alun, pendapatan dari jual beli (menjual sawah kena Perdes 2,5 Persen, itu untuk penjual dari manis, dan penjual di luar manis dikenakan 3,5 persen), kata M Sadiman.
Lanjutnya, dan sekarang yang kami angkat adalah aspek pendidikan. Konteks awal Desa Maniskidul merancang dengan program dan sistem seperti halnya, kita berikan bantuan terhadap siswa sekolah dasar seperti PAUD kita berikan seragam sekolah, untuk siswa SMP yang rencananya kita akan adakan antar jemput siswa dengan kendaraan sementara kita alihkan dulu kepada pemberian insentif operasional bagi siswa dan itu bersumber dari PAD dimana diberikan stimulan biaya operasional keberangkatan sekolah sebesar 100 ribu perbulan untuk tingkat SMA, mangkanya Desa Peduli Pendidikan itu tercipta disini.
Tidak hanya itu, ketika kasus stunting belum buming Desa Manis sudah melangkah dengan adanya stimulan untuk kader, dan kami anggarkan untuk perbaikan gizi pula.
Untuk tahun ini, Saya akan berkonsentrasi di wisata, kami alokasikan 200 jt karena wisata sebagai pendongkrak aset desa, itu yang pertama.
Yang kedua terkait sampah, dalam pengelolaannya kita adakan tenaga pemungut sampah sebanyak 3 orang, dan mengenai swadaya sampah, kita gratiskan kepada masyarakat sehingga tidak ada pembayaran karena kami anggarkan di tahun sekarang, jadi mengenai permasalahan sampah itu bisa diatasi sesuai dengan program yang ada sehingga sampah yang ada tidak menggunung di TPS masing-masing.
Dan terkait BLT DD, langkah awal untuk sekarang untuk BLT DD yang semula 150 orang kami pangkas menjadi 75 orang, sesuai dengan skala prioritas kemiskinan seperti miskin terdampak, miskin pekerjaan, dan miskin yang mempunyai penyakit kronis.
Dari awalnya 30 orang per dusun menjadi 15 orang. Lalu pertanyaannya kemana kan anggaran sisa yang 75 orang lainnya tersebut? Kata M Sadiman, itu akan kita bagikan kepada aspek yang lain, ucapnya
"Jadi masyarakat yang betul-betul butuh jangan di ganti. datanya dilihat dari data pra KS 1, KS 2 dan masyarakat yang betul-betul sangat butuh", terangnya
Bagi masyarakat miskin yang tidak memiliki penyakit menahun tetap akan diberi pertiga bulan sekali dengan dilaksanakan Musdesus dengan kontek akan ada berita acara. Ucap M Sadiman
Data yang kami ajukan jauh-jauh hari dari data miskin penerima raskin itu hanya 150 kuota yang kami dapat, itupun dalam rapatnya ada keputusan bersama dimana ada yang setiap tahun dapat dan ketika itu tidak ada lagi.
Kita adakan beras rasta bagi orang yang membutuhkan, dan kita anggarkan dari PAdes dan masyarakat yang penerima bantuan kita tanggung sehingga tahun kemarin mencapai 600 juta selama 3 bulan untuk 200 KK, ucapnya
Guna memberikan pengertian dan pemahaman serta sosialisasinya, kami menggunakan media pengajian sehingga kita sampaikan di pengajian. Dan kita berikan pemahaman dan pengertiannya disitu, ujar M Sadiman
Jadi mengenai adanya kuningan termiskin se-jabar, khusus untuk wilayah Desa Maniskidul saya tidak setuju masuk dalam desa miskin, karena sasaran prioritas program sudah dan terus dijalankan.
Ketika ada program dari Pemerintah Daerah kita selalu ikuti, seperti bedah rumah. Dikita untuk bedah rumah kita anggarkan 5 juta per dusun, tetapi kalo bedah mushola total kita anggarkan 25 jt.
M Sadiman pun berharap kedepan adanya kesadaran dari warga dalam berswadaya dan adanya pengertian. Karena untuk membangun peradaban dan kesejahteraan itu butuh adanya kebersamaan dan persamaan persepsi. Sehingga apa yang direncanakan, dibutuhkan, dan adanya aspirasi masyarakat itu harus sesuai dengan kebutuhan. Demikian dikatakan Kades Maniskidul, M Sadiman.
(Iwan)