JabarCeNNa.com, Kuningan - Kantin di Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Kuningan nyaris bangkrut karena banyak pelangganya, yang notabene pegawai di dinas tersebut berhutang dan lambat membayar.
Pemilik kantin, Abun, meski tidak menyebut persis jumlah piutangnya yang tertahan di Aparatur Sipil Negara (ASN) di dinas tersebut, namun mencapai Rp10 juta lebih.
"Ada yang hutangnya ratusan ribu, empat ratus, lima ratus, malah ada yang sampe satu juta, pak. Kalau yang satu juta lebih itu, pejabat disini," kata Abun saat berbincang dengan JabarCeNNa.com, akhir pekan lalu.
Menurutnya, sebagai pedagang, dirinya sudah terbiasa diutangi oleh para pelanggan, dan hal itu tidak masalah, katanya.
"Kalau pegawai kan, biasanya bayarnya pas tanggal muda, pas gajian. Tapi kalau sudah lewat gajian tidak juga bayar, saya kan jadi susah ngaturnya (memenej, red). Boro-boro ngatur yang di rumah, buat ngatur warung saja sudah repot, karena gak ada kepastian," keluh Abun yang mengaku pernah juga membuka warung makan dan minum di wilayah Bekasi.
Ketika kepadanya ditanya, mengapa dirinya tidak langsung saja menagih kepada pegawai yang punya piutang, Abun mengaku segan.
"Kan mereka orang berpendidikan kan harusnya lebih mengerti," ucap warga Desa Kedungarum tersebut.
Dan lagi, lanjut dia, tidak mudah masuk ke kantor DPMPTSP, karena harus menggunakan scan sidik jari.
Tidak Bisa Atur
Di warungnya yang sederhana, yang terletak persis di belakang kantor mewah DPMPTST itu, memang tidak terlihat banyak barang makanan dan minuman. Warung terlihat melompong. Rokok pun tidak ada.
"Dulu saya jual rokok. Tapi kalau rokok diutang dan tidak pasti dibayarnya, kan susah saya buat belanja lagi. Dulu, saya masih usahain utang sana-sini, buat belanja rokok, tapi yang ada, saya malah makin terpuruk," jelas Abun.
Menurutnya, seandainya para pegawai DPMPTSP bisa dipastikan membayar utangnya tiap bulan, tiap tanggal gajian, dirinya mengaku masih bisa mengatur keuangan dan memutar modal di warungnya.
"Dulu di Bekasi, PNS disana juga pada ngutang. Tapi tiap awal bulanan langsung hitungan. Sehingga saya pun tidak takut ambil barang atau pun rokok dari agen," ungkapnya.
"Tapi kalau awal bulan gak juga bayar, berbulan-bulan gak bayar, ya, sayanya kan babak belur," ucap Abun.
Karyawan Honorer Jadi Korban
Akibat banyaknya ASN di DPMPTSP yang lambat membayar hutang, maka warung Abun yang seharusnya bisa memenuhi kebutuhan para pegawai di dinas tersebut, kini nyaris bangkrut.
"Yang kasihan pegawai honorer yang biasa beli rokok batangan, jadi gak bisa merokok mereka, karena saya sudah tidak sanggup lagi jualan rokok kalau diutang terus dan tidak pasti bayarnya," terang dia.
Meski disarankan untuk berani menagih kepada para ASN, juga pejabat di DPMPTSP yang memiliki utang besar, Abun tetap enggan, dan merasa segan.
"Mereka kan orang berpendidikan, orang-orang yang lebih mulia dari saya, saya hanya berharap kesadaran mereka," kata Abun lirih.
.red